expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 27 Oktober 2014

Karma atau........

Karma atau......
By lotusathene


Arka melempar ponselnya ke lantai dengan amarah yang meluap-luap. Ia tidak memperdulikan jika ponselnya nanti tidak bisa digunakan. Ia sudah tidak peduli. Hatinya serasa hancur. Serasa tercabik. Dengan langkah gusar, Arka berjalan ke arah cermin yang terdapat di kamarnya. Ia meninju cermin itu hingga retak. Membuat tangannya berdarah. Ia terus-menerus melakukan hal itu. Seolah ia tidak merasa sakit sama sekali. Pecahan cermin itu tertancap pada punggung tangannya.
“Kenapa ia melakukan ini padaku? KENAPA?”teriak Arka murka. Air mata nampak turun dari sudut matanya. Tadi pagi, ketika ia bangun tidur, kekasihnya, ah bukan mungkin sekarang bisa disebut mantan kekasih menghubunginya. Tania, nama mantan kekasihnya. Gadis cantik yang sudah memenuhi hatinya belakangan ini. Bertahun-tahun Arka sudah jatuh hati pada Tania. Namun, baru seminggu yang lalu Arka mengungkapkan perasaannya pada gadis idamannya. Tak dinyana, Tania menerimanya sebagai kekasih. Namun, takdir manusia siapa yang tahu? Baru seminggu hubungannya berjalan, Tania mengatakan ingin mengakhiri hubungan mereka. Tentu saja itu pukulan serta kesakitan yang luar biasa bagi Arka. Penantiannya seolah dihempaskan begitu saja oleh Tania.
“Halo, Arka? Kamu sudah bangun? Ini aku Tania”.

“Arka ada ahal penting yang ingin kubicarakan denganmu. Tetapi, aku hanya bisa mengatakan ini lewat telepon. Kamu nggak masalah kan?”

“Arka.. ehm, begini. Aku bingung harus bicara darimana. Tetapi, yang jelas aku ingin minta maaf terlebih dulu padamu.”

“Aku benar-benar minta maaf. Ini mungkin akan sangat menyakitkan untukmu.”

“Arka... aku ingin mengakhiri hubungan kita...”

“Aku tidak bercanda, Arka. Aku serius. Aku tahu hubungan kita baru berjalan seminggu. Tapi, aku rasa aku tidak bisa melanjutkannya.”

“Alasannya? Well, mungkin karena aku belum bisa melupakan mantan kekasihku terdahulu. Dia tiba-tiba datang kembali, dan langsung melamarku.”

“Aku belum menjawabnya, ya kamu tahu, karena kita masih berpacaran. Karena itu, aku ingin mengakhirinya.”

“Maaf, tapi aku masih mencintainya. Tentu aku lebih memilihnya. Dia lebih siap, dewasa, dan matang.”

“Cinta? Yang aku rasakan ketika aku menerimamu bukan cinta, Arka. Aku hanya merasa nyaman. Aku mencoba untuk bisa mencintaimu, nyatanya aku tidak bisa.”

“Kamu boleh memakiku. Silahkan. Memang benar yang kamu katakan, kamu hanya aku anggap sebagai pelarian.”

“Aku tidak peduli. Yang penting aku sudah mengatakan yang sebenarnya. Lupakan aku. Kita akhiri semuanya.”

“Goodbye, Arka.”

Arka berteriak histeris ketika otaknya memutar kata-kata Tania tadi pagi via telepon. Menyakitkan bukan? Hanya dianggap pelarian. Padahal, Arka sudah menunggunya selama lima tahun. Dan inikah balasan yang ia dapat? Arka melempar seluruh barang-barangnya. Membuat kamarnya hancur berantakan seperti hatinya. Gadis yang ia anggap baik, ternyata bermulut ular. Berhati batu. Arka meringkuk di sudut kamar. Membiarkan kamarnya gelap tanpa cahaya. Seperti hatinya.
Arka terbangun seketika. Keringatnya bercucuran. Ia baru saja bermimpi, bermimpi buruk. Sebuah kata-kata langsung menghujam otaknya. Mengobrak-abrik lagi hatinya yang sudah hancur. Arka bangun dan berjalan ke arah cerminnya yang sudah tak berbentuk. Melihat pantulan dirinya yang begitu mengerikan. Entah kenapa memori masa lalu menghinggapinya. Suara seorang gadis masuk ke dalam hati dan telinganya. Keringat Arka semakin deras. Ia kembali ingat kepada seorang gadis. Ia kembali ingat dengan kata-kata terakhir yang dilontarkan gadis itu padanya. Kata-kata seperti sebuah kutukan untuknya, namun, sayangnya waktu itu, Arka tidak terlalu menggubris. Bahkan cenderung tidak peduli.

“Sampai kapanpun aku akan selalu mengingat hari ini. Tidak sekarang, tapi nanti, kamu akan berada di posisiku hari ini. Bahkan, lebih dari apa yang aku rasakan. Kesakitanmu nanti, akan mengingatkanmu padaku. Dan, saat itulah bayangan hari ini akan menghantuimu. Bayangan kesakitanku hari ini, akan selalu muncul dalam mimpimu. Rasa sakitmu akan membawamu pada lubang besar bernama penyesalan, kesedihan, dan kesepian. Harga dirimu tak bersisa. Aku akan muncul dihadapanmu, dengan sebuah tawa senang yang akan semakin menghancurkanmu.”

Arka mematung seketika. Kata-kata gadis itu hari ini menjadi kenyataan. Bayangan Arka dalam cermin mengingatkannya akan bayangan gadis itu. kesakitannya, semuanya. Keadaan Arka sekarang sama dengan keadaan gadis itu. Tanpa sadar, Arka melihat pantulan seorang gadis di belakangnya. Gadis itu... gadis yang telah mengutuknya. Gadis itu tersenyum sinis melihat Arka. Kemudian, tertawa. Arka terkejut dan langsung membanting cermin yang berada di hadapannya. Arka kembali meringkuk di samping cerminnya yang sudah hancur. Air matanya turun dengan sangat deras.


“Karma sudah datang padaku.”gumam Arka di sela tangis penyesalannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar