expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 15 November 2014

Secret

Secret......
By lotusathene

 Terkadang, sebuah rahasia itu lebih menyakitkan dari sebuah kenyataan - Kyra

Musim gugur di Paris... begitu menyejukkan. Udaranya dingin tetapi begitu menenangkan. Wanita muda itu, dengan rambut panjang yang berkibar karena tertiup angin sepertinya merasakan hal yang sama. Ia menutup kedua matanya dan juga menggigit bibir bawahnya. Jika dilihat dari dekat, terdapat sebutir air mata mengalir dari matanya yang tertutup. Air mata itu lolos dan sampai pada pipinya yang sedikit kemerahan.
“Mama....”suara seorang anak lelaki kecil membuyarkan lamunannya. Wanita muda itu pun menoleh, disekanya air mata yang masih menetes. Kemudian, wanita itu berjongkok, menyesuaikan tinggi badannya dengan anak lelaki yang ada di hadapannya.
“Ada apa, Leo?”tanya gadis itu dengan suara yang begitu lembut, namun sedikit parau. Anak lelaki kecil bernama Leo itu pun tertawa kecil, menunjukkan giginya yang putih dan tidak ada yang ompong.
“Ini sudah waktunya belangkat.”jawab Leo dengan nada imut dan polos. Kyra, gadis muda itu, tersenyum kecil. Namun, lihatlah, matanya tiba-tiba kehilangan fokus. Kosong.
“Ma...”panggil Leo, mungkin Leo yang masih kecil ini bingung, kenapa ibunya tersenyum tetapi tidak bereaksi apapun. Kyra tersadar dan dengan cepat mengangguk.
“Baiklah, Ayo.”ajak Kyra sambil berdiri. Kyra menggendong Leo. Mengusap pelan punggung putra semata wayangnya itu dengan kasih sayang. Leo tersenyum dan langsung merangkul leher ibunya dengan tangannya yang mungil.

Kyra mengambil napas sejenak sesaat setelah dia menginjakkan kakinya untuk yang pertama kalinya di tempat ia bekerja dulu. Sudah sembilan tahun, Kyra meninggalkan tempat ini. Meninggalkan kenangan dan juga teman-temannya. Kyra memberanikan diri untuk melangkah masuk. Baru saja ia sampai lobi, langkahnya terhenti. Tatapannya terpaku pada sosok yang ada di hadapannya sekarang.
“Kyra.....”panggil lelaki itu dengan suara pelan. Suara lelaki itu memang pelan, namun lembut, dan Kyra sangat hapal suara siapa itu. Kyra ingin menjawab bahkan ingin menghambur ke pelukan lelaki itu. Namun, apa yang bisa ia lakukan sekarang? Hanya berdiam diri.
Lelaki itu perlahan mendekati Kyra yang sedari tadi hanya diam. Kyra masih terus diam, otaknya masih belum mau bekerja. Leo sudah sampai di hadapan Kyra. Kyra sedikit mendongakkan kepalanya. Kyra merutuki betapa pendeknya dia dihadapan lelaki jangkung itu. Ia hanya sebatas dada pria itu, astaga.
“Sejak kapan kamu kembali ke Korea?”tanya Leo dengan suara lembut yang diam-diam dirindukan oleh Kyra. Matanya yang tajam seperti elang, menembus pandangan kalbu dalam mata Kyra. Ah, betapa Kyra sangat tergila-gila dengan mata tajam itu.
“Seminggu yang lalu.”jawab Kyra dengan nada sedikit dingin. Terdengar Leo menghembuskan napas berat. Kyra dan Leo saling bertatapan lama.  Leo masih tetap sama, pikir Kyra. Dingin dan tak banyak bicara. Diam-diam, Leo berpikir juga tentang Kyra. Leo berpikir Kyra sedikit berubah, menjadi wanita yang dingin.
“MAMA!”teriak Leo yang membuat Kyra dan Leo Wu tersadar dan menoleh ke arah lelaki yang tengah berjalan mendekati mereka. Leo Wu menaikkan alisnya, sedangkan Kyra hanya tersenyum dan berjongkok. Merentangkan tangannya untuk memeluk Leo kecil. Leo Wu hanya diam sambil melihat pemandangan itu.
“Mama, kemana saja? Aku mencali mama dali tadi.”ucap Leo kecil dalam gendongan Kyra. Kyra mengacak pelan rambut Leo.
“Maafkan mama ya, mama jadi melupakan kamu, sayang.”jawab Kyra seraya mencium pipi Leo. Leo Wu langsung tersadar sesuatu. Matanya menatap hampa Kyra dan Leo kecil.
“A-apakah dia putramu?”tanya Leo dengan nada ragu-ragu dan suara tercekat. Kyra menoleh ke arah Leo Wu. Begitu juga Leo kecil. Kyra mengangguk dengan mantap, tidak menyadari bahwa lutut Leo Wu lemas mendengar jawabannya.
“Aku memberinya nama Leo. Sama seperti namamu. Bukankah kalian mirip?”tanya Kyra dengan nada yang sedikit pelan. Dadanya sesak ketika mengucapkan kalimat itu.
Leo Wu sedikit terkejut. Dengan cepat ia mengalihkan pandangannya ke arah Leo kecil yang juga memandangnya. Kyra tidak menatap Leo lagi, pandangannya menerawang ketika melihat Leo kecil.

Enam bulan kemudian....
Leo Wu membawa dua buah es krim untuk Kyra dan Leo kecil. Leo kecil tampak diam dan sesekali tertawa mendengar candaan ibunya yang sedang memangkunya. Leo Wu, tersenyum tipis melihat pemandangan itu.
“Es klim!”teriak Leo kecil bersemangat. Kyra melihat Leo Wu yang sedang berjalan ke arahnya. Pandangan mata mereka bertemu, tetapi, tidak berapa lama, Kyra mengalihkan pandangannya. Leo Wu duduk di samping Kyra lalu mengusap pelan rambut Leo kecil. Bukankah mereka tampak seperti keluarga?
“Eo, ini es krim coklat untukmu.”kata Leo Wu. Eo, itulah panggilan kesayangan yang diberikan Leo Wu untuk Leo kecil. Leo kecil menerimanya dengan mata berbinar. Kyra menurunkan Leo, agar ia duduk sendiri. Leo kecil sekarang duduk sambil diapit oleh Leo Wu dan Kyra.
Kyra melihat es krim strawberry yang ada di hadapannya. Kyra melihat Leo Wu yang tangannya sedang menjulur ke arahnya untuk memberinya es krim. Kyra menaikkan sebelah alisnya.
“Bukankah kamu suka es krim rasa strawberry?”tanya Leo Wu dengan suara pelannya. Darah Kyra berdesir. Jantungnya melompat seketika saat mengetahui Leo Wu masih ingat dengan es krim favoritnya.
Dengan gugup, Kyra mengambil es krim dari Leo Wu. Membuat lelaki itu tersenyum. Kyra melihatnya sekilas. Senyum itu.... ia ingin sekali melihat senyum dari bibir pria itu selamanya.
“Kamu tidak membeli es krim?”tanya Kyra seraya memakan pelan es krimnya. Leo kecil hanya mengangguk sambil menjilat terus es krim coklatnya.
Leo Wu menggeleng, “Melihat kalian memakan es krim, aku sudah merasa juga sedang memakan es krim.” Kyra mengangguk pelan mendengar jawaban Leo Wu.
Leo Wu berdeham, “Apakah kamu sudah menyebar undangan pernikahannya?”. Pertanyaan Leo Wu membuat Kyra membeku sejenak. Otaknya kembali tidak bisa berfungsi. Dalam keadaan bingung, Kyra hanya mengangguk sebagai jawaban. Kyra kemudian menoleh ke arah Leo Wu.
“Kamu sendiri? Sudah menyebar undangannya?”tanya Kyra dengan nada pelan sambil terus memakan es krimnya. Leo Wu tersenyum dan mengangguk. Matanya tak pernah lepas dari sosok Kyra.
“Bahkan jas pernikahan sudah siap. Ah, kamu bahkan terlihat cantik kemarin dengan gaunmu, Nyonya Wu.”balas Leo Wu sambil tersenyum kecut. Kyra menatap ke arah Leo Wu. Semburat merah terlihat di pipi Kyra.
“Sudahlah. Jangan memanggilku dengan sebutan itu.”jawab Kyra dan langsung melemparkan pandangannya ke arah lain. Sayangnya, debar jantung Kyra semakin cepat berdetak. Leo Wu hanya tersenyum tipis, kemudian tangannya menjulur ke arah bibir Kyra. Mengusap pelan bibir Kyra. Mata Kyra membulat, tetapi ia tidak berani menatap Leo Wu.
“Kebiasaanmu tidak berubah.”kata Leo Wu sambil memperlihatkan ibu jarinya yang terdapat es krim. Kyra hanya berdeham melihat hal itu.

Dua bulan setelah pertemuan di taman...

“Kamu terlihat sangat cantik mengenakan gaun itu, Kyra.”kata seorang lelaki tampan yang sedang menggendong Leo kecil. Kyra tersenyum ketika melihat pantulan Julian dari cermin riasnya. Kyra berdiri kemudian berbalik. Tangan Leo kecil menggapai ingin digendong bersama Kyra. Kyra menerimanya. Leo kecil merangkul erat leher Kyra, kebiasannya. Julian yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum.
“Jangan seperti itu, Leo. Riasan ibumu akan rusak jika kamu memeluknya terlalu erat.”canda Julian. Bukannya mendengarkan, Leo kecil makin mempererat pelukannya pada leher Kyra. Kyra dan Julian tertawa.
“Biarkan saja, Jul. Bukankah itu kebiasaannya?”tanya Kyra sambil terkekeh. Julian tertawa sambil mengangguk.
Kemudian tawanya berhenti dan menatap Kyra dengan raut wajah serius, “Kamu sudah siap?”
Kyra melihat Julian sekilas. Air mata jatuh dari mata Kyra. Kyra berusaha mengusapnya. Namun, air mata itu tidak mau berhenti. Julian mengusap pelan pipi Kyra. Membantu Kyra membersihkan air matanya. Kyra menangis sesenggukan. Leo kecil bahkan ikut menangis dan ikut mengusap air mata Kyra. Kyra memeluk Leo kecil erat. Air matanya semakin mengalir. Julian merasa terharu dan sedih, kemudian ia memeluk Kyra dan Leo kecil. Julian ikut meneteskan air matanya. Mereka bertiga menangis bersama di ruang makeup tersebut.

Di dalam ballroom yang megah tersebut, sudah banyak undangan yang hadir. Pesta pernikahan itu tampak mewah. Bernuansa putih dan juga pink. Para tamu yang awalnya berkasak-kusuk, kemudian berhenti dan diam ketika sang MC  memulai acaranya. Para tamu kemudian berdiri, menyambut sang mempelai pria yang terlihat tampan mengenakan tuxedo berwarna putih. Lelaki tinggi itu berjalan dengan langkah tegap dan menawan menuju altar.
Para tamu masih berdiri dan tidak berapa lama mempelai wanita muncul dari arah pintu masuk ditemani sang Ayah. Sang mempelai wanita terlihat begitu anggun dan cantik meski tertutup sebuah tiara. Sang mempelai wanita diantarkan sampai di depan altar oleh sang Ayah. Kemudian, Ayah sang mempelai wanita menyerahkan tangan putrinya kepada calon menantunya. Yang berarti ia menyerah seluruh hidup putrinya kepada sang menantu kelak.
Para tamu kembali duduk dan acara pernikahanpun di mulai. Pendeta mengucapkan janji dan sumpah bagi kedua mempelai. Terlihat air mata dari ibu kedua mempelai keluar. Setelah kedua mempelai dengan lancar mengucapkan janjinya, pendeta itu pun mengangguk.
“Dengan begini,  Leo Wu dan Choi Hyerim resmi menjadi suami istri di hadapan Tuhan dan juga hukum.”kata-kata pendeta itu membuat para tamu langsung berdiri dan bertepuk tangan, termasuk Kyra.
Leo Wu hanya diam setelah pendeta mengucapkan hal tersebut. Istrinya, Hyerim, langsung tersenyum dibalik tiaranya. Hyerim kemudian memandang Leo Wu dengan pandangan memuja. Tanpa Hyerim sadari, terdapat air mata di pelupuk mata Leo Wu. Pria yang dingin itu, diam-diam menangis. Leo Wu menoleh ke belakang, ke arah meja Kyra. Kyra tau Leo Wu memperhatikannya. Kyra tersenyum getir, lalu mengangguk ke arah Leo Wu. Mata Kyra sembab karena menangis lama tadi di ruang makeup miliknya. Tetapi nampaknya, matanya akan semakin sembab. Kyra kembali menitikkan air matanya. Leo Wu dan Kyra sama-sama menangis diam-diam dalam keramaian.
“Sekarang mempelai pria dipersilahkan untuk mencium sang mempelai wanita.”ucap sang pendeta lagi. Mata Kyra langsung menutup. Ia tidak sanggup melihatnya.  Leo Wu melihat ke arah langit-langit, perlahan mengusap air matanya. Dengan napas berat, Leo Wu membuka tiara milik Hyerim. Hyerim yang awalnya menunduk mulai mengangkat wajahnya, lalu tersenyum ke arah Leo Wu. Leo Wu hanya diam saja.
Hyerim menutup matanya ketika mengetahui Leo Wu sudah mencodongkan wajahnya. Leo Wu mencium Hyerim. Tepatnya, dahi Hyerim bukan bibirnya dan hanya sebentar. Hyerim membuka matanya, melihat ke arah Leo Wu dengan pandangan kecewa. Leo Wu kembali mengalihkan pandangannya ke arah Kyra yang sedang membuang mukanya.
Leo Wu menatap Leo kecil yang tersenyum melihatnya seraya bertepuk tangan. Leo Wu hanya tersenyum kecut lalu pandangannya tertuju pada Julian, lelaki yang ia ketahui sebagai suami Kyra dan juga Ayah Leo kecil. Julian juga menatap Leo Wu. Namun, pandangan Julian adalah pandangan orang bersalah. Julian menundukkan kepalanya kepada Leo Wu, tanda permintaan maafnya.
Julian menatap sedih Kyra yang duduk di sampingnya. Julian meremas tangan Kyra, menyalurkan energi untuk Kyra. Kyra memandang Julian, tersenyum pedih, dan mengangguk.
“Bukankah paman Le dengan bibi Hyelim selasi sepelti mama papa?”tanya Leo kecil dengan nada polos sambil melihat Julian dan Kyra. Kyra dengan berat mengangguk seraya mengusap rambut Leo kecil. Julian menatap sendu Kyra, Kyra berbalik menatapnya dengan pandangan hampa.
“Seharusnya, kamu berkata jujur padanya. Tidakkah ini semakin membuatmu menderita? Dia belum tahu kenyataan yang ada, tetapi kamu membuatnya berkorban dan mempertaruhkan hatinya. Tidakkah kamu lihat? Tatapan mata itu, dia masih mencintaimu, Kyra.”ucap Julian pelan. Kyra menatap Julian dalam dibalik tatapannya yang hampa.
“Bukankah aku juga sudah mengatakan bahwa ini tetap akan menjadi rahasia, Jul? Bahkan Leo Wu dan Leo kecil pun tidak boleh tahu. Jika mereka tahu, bukankah ini akan melukai keduanya?”tanya Kyra dengan nada parau. Julian hanya diam.
“Aku yang memulai semua rahasia ini, Jul. Aku tidak akan menyalahkanmu. Dengan terus menjaga rahasia ini, Leo kecil akan tumbuh sebagai lelaki hebat. Sedangkan Leo Wu, tidakkah kamu melihatnya? Dia menjadi lelaki yang sangat bertanggung jawab sekarang. Aku.... aku bangga padanya.”lanjut Kyra dengan terisak. Air matanya tak bisa dikendalikan. Ia kembali menangis. Kyra memeluk Leo kecil, menangis di atas bahu kecil milik putranya. Leo kecil yang tidak mengerti apa-apa, hanya mampu membalas pelukan sang ibu. Julian mengusap punggung Kyra dan merangkulnya. Mendekap ibu dan anak itu ke dalam pelukannya.
Leo Wu melihat dari altar. Air mata kembali menetes dari sudut matanya. Leo Wu membalikkan badannya kembali ke arah altar. Membiarkan air matanya terus menetes. Dengan begini, ia berharap hatinya akan baik-baik saja.

           “Semoga dia selalu baik-baik saja, Tuhan.”doa Leo Wu dan Kyra dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar