Secret......
By
lotusathene
Terkadang, sebuah rahasia itu lebih menyakitkan dari sebuah kenyataan - Kyra
Musim gugur di Paris... begitu
menyejukkan. Udaranya dingin tetapi begitu menenangkan. Wanita muda itu, dengan
rambut panjang yang berkibar karena tertiup angin sepertinya merasakan hal yang
sama. Ia menutup kedua matanya dan juga menggigit bibir bawahnya. Jika dilihat
dari dekat, terdapat sebutir air mata mengalir dari matanya yang tertutup. Air mata
itu lolos dan sampai pada pipinya yang sedikit kemerahan.
“Mama....”suara seorang anak
lelaki kecil membuyarkan lamunannya. Wanita muda itu pun menoleh, disekanya air
mata yang masih menetes. Kemudian, wanita itu berjongkok, menyesuaikan tinggi
badannya dengan anak lelaki yang ada di hadapannya.
“Ada apa, Leo?”tanya gadis itu
dengan suara yang begitu lembut, namun sedikit parau. Anak lelaki kecil bernama
Leo itu pun tertawa kecil, menunjukkan giginya yang putih dan tidak ada yang
ompong.
“Ini sudah waktunya
belangkat.”jawab Leo dengan nada imut dan polos. Kyra, gadis muda itu,
tersenyum kecil. Namun, lihatlah, matanya tiba-tiba kehilangan fokus. Kosong.
“Ma...”panggil Leo, mungkin Leo
yang masih kecil ini bingung, kenapa ibunya tersenyum tetapi tidak bereaksi
apapun. Kyra tersadar dan dengan cepat mengangguk.
“Baiklah, Ayo.”ajak Kyra sambil
berdiri. Kyra menggendong Leo. Mengusap pelan punggung putra semata wayangnya
itu dengan kasih sayang. Leo tersenyum dan langsung merangkul leher ibunya
dengan tangannya yang mungil.
Kyra mengambil napas sejenak
sesaat setelah dia menginjakkan kakinya untuk yang pertama kalinya di tempat ia
bekerja dulu. Sudah sembilan tahun, Kyra meninggalkan tempat ini. Meninggalkan
kenangan dan juga teman-temannya. Kyra memberanikan diri untuk melangkah masuk.
Baru saja ia sampai lobi, langkahnya terhenti. Tatapannya terpaku pada sosok
yang ada di hadapannya sekarang.
“Kyra.....”panggil lelaki itu
dengan suara pelan. Suara lelaki itu memang pelan, namun lembut, dan Kyra
sangat hapal suara siapa itu. Kyra ingin menjawab bahkan ingin menghambur ke
pelukan lelaki itu. Namun, apa yang bisa ia lakukan sekarang? Hanya berdiam
diri.
Lelaki itu perlahan mendekati
Kyra yang sedari tadi hanya diam. Kyra masih terus diam, otaknya masih belum mau
bekerja. Leo sudah sampai di hadapan Kyra. Kyra sedikit mendongakkan kepalanya.
Kyra merutuki betapa pendeknya dia dihadapan lelaki jangkung itu. Ia hanya
sebatas dada pria itu, astaga.
“Sejak kapan kamu kembali ke
Korea?”tanya Leo dengan suara lembut yang diam-diam dirindukan oleh Kyra.
Matanya yang tajam seperti elang, menembus pandangan kalbu dalam mata Kyra. Ah,
betapa Kyra sangat tergila-gila dengan mata tajam itu.
“Seminggu yang lalu.”jawab Kyra
dengan nada sedikit dingin. Terdengar Leo menghembuskan napas berat. Kyra dan
Leo saling bertatapan lama. Leo masih
tetap sama, pikir Kyra. Dingin dan tak banyak bicara. Diam-diam, Leo berpikir
juga tentang Kyra. Leo berpikir Kyra sedikit berubah, menjadi wanita yang
dingin.
“MAMA!”teriak Leo yang membuat
Kyra dan Leo Wu tersadar dan menoleh ke arah lelaki yang tengah berjalan
mendekati mereka. Leo Wu menaikkan alisnya, sedangkan Kyra hanya tersenyum dan
berjongkok. Merentangkan tangannya untuk memeluk Leo kecil. Leo Wu hanya diam
sambil melihat pemandangan itu.
“Mama, kemana saja? Aku mencali
mama dali tadi.”ucap Leo kecil dalam gendongan Kyra. Kyra mengacak pelan rambut
Leo.
“Maafkan mama ya, mama jadi
melupakan kamu, sayang.”jawab Kyra seraya mencium pipi Leo. Leo Wu langsung
tersadar sesuatu. Matanya menatap hampa Kyra dan Leo kecil.
“A-apakah dia putramu?”tanya
Leo dengan nada ragu-ragu dan suara tercekat. Kyra menoleh ke arah Leo Wu.
Begitu juga Leo kecil. Kyra mengangguk dengan mantap, tidak menyadari bahwa
lutut Leo Wu lemas mendengar jawabannya.
“Aku memberinya nama Leo. Sama
seperti namamu. Bukankah kalian mirip?”tanya Kyra dengan nada yang sedikit
pelan. Dadanya sesak ketika mengucapkan kalimat itu.
Leo Wu sedikit terkejut. Dengan
cepat ia mengalihkan pandangannya ke arah Leo kecil yang juga memandangnya.
Kyra tidak menatap Leo lagi, pandangannya menerawang ketika melihat Leo kecil.
Enam bulan kemudian....
Leo Wu membawa dua buah es krim
untuk Kyra dan Leo kecil. Leo kecil tampak diam dan sesekali tertawa mendengar
candaan ibunya yang sedang memangkunya. Leo Wu, tersenyum tipis melihat
pemandangan itu.
“Es klim!”teriak Leo kecil
bersemangat. Kyra melihat Leo Wu yang sedang berjalan ke arahnya. Pandangan
mata mereka bertemu, tetapi, tidak berapa lama, Kyra mengalihkan pandangannya.
Leo Wu duduk di samping Kyra lalu mengusap pelan rambut Leo kecil. Bukankah
mereka tampak seperti keluarga?
“Eo, ini es krim coklat
untukmu.”kata Leo Wu. Eo, itulah panggilan kesayangan yang diberikan Leo Wu
untuk Leo kecil. Leo kecil menerimanya dengan mata berbinar. Kyra menurunkan
Leo, agar ia duduk sendiri. Leo kecil sekarang duduk sambil diapit oleh Leo Wu
dan Kyra.
Kyra melihat es krim strawberry
yang ada di hadapannya. Kyra melihat Leo Wu yang tangannya sedang menjulur ke
arahnya untuk memberinya es krim. Kyra menaikkan sebelah alisnya.
“Bukankah kamu suka es krim
rasa strawberry?”tanya Leo Wu dengan suara pelannya. Darah Kyra berdesir.
Jantungnya melompat seketika saat mengetahui Leo Wu masih ingat dengan es krim
favoritnya.
Dengan gugup, Kyra mengambil es
krim dari Leo Wu. Membuat lelaki itu tersenyum. Kyra melihatnya sekilas. Senyum
itu.... ia ingin sekali melihat senyum dari bibir pria itu selamanya.
“Kamu tidak membeli es
krim?”tanya Kyra seraya memakan pelan es krimnya. Leo kecil hanya mengangguk
sambil menjilat terus es krim coklatnya.
Leo Wu menggeleng, “Melihat
kalian memakan es krim, aku sudah merasa juga sedang memakan es krim.” Kyra
mengangguk pelan mendengar jawaban Leo Wu.
Leo Wu berdeham, “Apakah kamu
sudah menyebar undangan pernikahannya?”. Pertanyaan Leo Wu membuat Kyra membeku
sejenak. Otaknya kembali tidak bisa berfungsi. Dalam keadaan bingung, Kyra
hanya mengangguk sebagai jawaban. Kyra kemudian menoleh ke arah Leo Wu.
“Kamu sendiri? Sudah menyebar
undangannya?”tanya Kyra dengan nada pelan sambil terus memakan es krimnya. Leo
Wu tersenyum dan mengangguk. Matanya tak pernah lepas dari sosok Kyra.
“Bahkan jas pernikahan sudah
siap. Ah, kamu bahkan terlihat cantik kemarin dengan gaunmu, Nyonya Wu.”balas
Leo Wu sambil tersenyum kecut. Kyra menatap ke arah Leo Wu. Semburat merah
terlihat di pipi Kyra.
“Sudahlah. Jangan memanggilku
dengan sebutan itu.”jawab Kyra dan langsung melemparkan pandangannya ke arah
lain. Sayangnya, debar jantung Kyra semakin cepat berdetak. Leo Wu hanya
tersenyum tipis, kemudian tangannya menjulur ke arah bibir Kyra. Mengusap pelan
bibir Kyra. Mata Kyra membulat, tetapi ia tidak berani menatap Leo Wu.
“Kebiasaanmu tidak
berubah.”kata Leo Wu sambil memperlihatkan ibu jarinya yang terdapat es krim.
Kyra hanya berdeham melihat hal itu.
Dua bulan setelah pertemuan di taman...
“Kamu terlihat sangat cantik
mengenakan gaun itu, Kyra.”kata seorang lelaki tampan yang sedang menggendong
Leo kecil. Kyra tersenyum ketika melihat pantulan Julian dari cermin riasnya.
Kyra berdiri kemudian berbalik. Tangan Leo kecil menggapai ingin digendong
bersama Kyra. Kyra menerimanya. Leo kecil merangkul erat leher Kyra,
kebiasannya. Julian yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala sambil
tersenyum.
“Jangan seperti itu, Leo.
Riasan ibumu akan rusak jika kamu memeluknya terlalu erat.”canda Julian.
Bukannya mendengarkan, Leo kecil makin mempererat pelukannya pada leher Kyra.
Kyra dan Julian tertawa.
“Biarkan saja, Jul. Bukankah
itu kebiasaannya?”tanya Kyra sambil terkekeh. Julian tertawa sambil mengangguk.
Kemudian tawanya berhenti dan
menatap Kyra dengan raut wajah serius, “Kamu sudah siap?”
Kyra melihat Julian sekilas.
Air mata jatuh dari mata Kyra. Kyra berusaha mengusapnya. Namun, air mata itu
tidak mau berhenti. Julian mengusap pelan pipi Kyra. Membantu Kyra membersihkan
air matanya. Kyra menangis sesenggukan. Leo kecil bahkan ikut menangis dan ikut
mengusap air mata Kyra. Kyra memeluk Leo kecil erat. Air matanya semakin
mengalir. Julian merasa terharu dan sedih, kemudian ia memeluk Kyra dan Leo
kecil. Julian ikut meneteskan air matanya. Mereka bertiga menangis bersama di
ruang makeup tersebut.
Di dalam ballroom yang megah tersebut, sudah banyak undangan yang hadir.
Pesta pernikahan itu tampak mewah. Bernuansa putih dan juga pink. Para tamu yang awalnya
berkasak-kusuk, kemudian berhenti dan diam ketika sang MC memulai acaranya. Para tamu kemudian berdiri,
menyambut sang mempelai pria yang terlihat tampan mengenakan tuxedo berwarna
putih. Lelaki tinggi itu berjalan dengan langkah tegap dan menawan menuju
altar.
Para tamu masih berdiri dan
tidak berapa lama mempelai wanita muncul dari arah pintu masuk ditemani sang
Ayah. Sang mempelai wanita terlihat begitu anggun dan cantik meski tertutup
sebuah tiara. Sang mempelai wanita diantarkan sampai di depan altar oleh sang
Ayah. Kemudian, Ayah sang mempelai wanita menyerahkan tangan putrinya kepada
calon menantunya. Yang berarti ia menyerah seluruh hidup putrinya kepada sang
menantu kelak.
Para tamu kembali duduk dan
acara pernikahanpun di mulai. Pendeta mengucapkan janji dan sumpah bagi kedua
mempelai. Terlihat air mata dari ibu kedua mempelai keluar. Setelah kedua
mempelai dengan lancar mengucapkan janjinya, pendeta itu pun mengangguk.
“Dengan begini, Leo Wu dan Choi Hyerim resmi menjadi suami
istri di hadapan Tuhan dan juga hukum.”kata-kata pendeta itu membuat para tamu
langsung berdiri dan bertepuk tangan, termasuk Kyra.
Leo Wu hanya diam setelah
pendeta mengucapkan hal tersebut. Istrinya, Hyerim, langsung tersenyum dibalik
tiaranya. Hyerim kemudian memandang Leo Wu dengan pandangan memuja. Tanpa
Hyerim sadari, terdapat air mata di pelupuk mata Leo Wu. Pria yang dingin itu,
diam-diam menangis. Leo Wu menoleh ke belakang, ke arah meja Kyra. Kyra tau Leo
Wu memperhatikannya. Kyra tersenyum getir, lalu mengangguk ke arah Leo Wu. Mata
Kyra sembab karena menangis lama tadi di ruang makeup miliknya. Tetapi
nampaknya, matanya akan semakin sembab. Kyra kembali menitikkan air matanya.
Leo Wu dan Kyra sama-sama menangis diam-diam dalam keramaian.
“Sekarang mempelai pria
dipersilahkan untuk mencium sang mempelai wanita.”ucap sang pendeta lagi. Mata
Kyra langsung menutup. Ia tidak sanggup melihatnya. Leo Wu melihat ke arah langit-langit,
perlahan mengusap air matanya. Dengan napas berat, Leo Wu membuka tiara milik
Hyerim. Hyerim yang awalnya menunduk mulai mengangkat wajahnya, lalu tersenyum
ke arah Leo Wu. Leo Wu hanya diam saja.
Hyerim menutup matanya ketika
mengetahui Leo Wu sudah mencodongkan wajahnya. Leo Wu mencium Hyerim. Tepatnya,
dahi Hyerim bukan bibirnya dan hanya sebentar. Hyerim membuka matanya, melihat
ke arah Leo Wu dengan pandangan kecewa. Leo Wu kembali mengalihkan pandangannya
ke arah Kyra yang sedang membuang mukanya.
Leo Wu menatap Leo kecil yang
tersenyum melihatnya seraya bertepuk tangan. Leo Wu hanya tersenyum kecut lalu
pandangannya tertuju pada Julian, lelaki yang ia ketahui sebagai suami Kyra dan
juga Ayah Leo kecil. Julian juga menatap Leo Wu. Namun, pandangan Julian adalah
pandangan orang bersalah. Julian menundukkan kepalanya kepada Leo Wu, tanda
permintaan maafnya.
Julian menatap sedih Kyra yang
duduk di sampingnya. Julian meremas tangan Kyra, menyalurkan energi untuk Kyra.
Kyra memandang Julian, tersenyum pedih, dan mengangguk.
“Bukankah paman Le dengan bibi
Hyelim selasi sepelti mama papa?”tanya Leo kecil dengan nada polos sambil
melihat Julian dan Kyra. Kyra dengan berat mengangguk seraya mengusap rambut
Leo kecil. Julian menatap sendu Kyra, Kyra berbalik menatapnya dengan pandangan
hampa.
“Seharusnya, kamu berkata jujur
padanya. Tidakkah ini semakin membuatmu menderita? Dia belum tahu kenyataan
yang ada, tetapi kamu membuatnya berkorban dan mempertaruhkan hatinya. Tidakkah
kamu lihat? Tatapan mata itu, dia masih mencintaimu, Kyra.”ucap Julian pelan.
Kyra menatap Julian dalam dibalik tatapannya yang hampa.
“Bukankah aku juga sudah
mengatakan bahwa ini tetap akan menjadi rahasia, Jul? Bahkan Leo Wu dan Leo
kecil pun tidak boleh tahu. Jika mereka tahu, bukankah ini akan melukai
keduanya?”tanya Kyra dengan nada parau. Julian hanya diam.
“Aku yang memulai semua rahasia
ini, Jul. Aku tidak akan menyalahkanmu. Dengan terus menjaga rahasia ini, Leo
kecil akan tumbuh sebagai lelaki hebat. Sedangkan Leo Wu, tidakkah kamu
melihatnya? Dia menjadi lelaki yang sangat bertanggung jawab sekarang. Aku....
aku bangga padanya.”lanjut Kyra dengan terisak. Air matanya tak bisa
dikendalikan. Ia kembali menangis. Kyra memeluk Leo kecil, menangis di atas
bahu kecil milik putranya. Leo kecil yang tidak mengerti apa-apa, hanya mampu
membalas pelukan sang ibu. Julian mengusap punggung Kyra dan merangkulnya.
Mendekap ibu dan anak itu ke dalam pelukannya.
Leo Wu melihat dari altar. Air
mata kembali menetes dari sudut matanya. Leo Wu membalikkan badannya kembali ke
arah altar. Membiarkan air matanya terus menetes. Dengan begini, ia berharap
hatinya akan baik-baik saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar